Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Alhamdulillah wa syukurillah puji syukur kita panjatkan
kepada Allah SWT. Sang Pencipta Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
semoga Allah SWT berkenan memberi perlindungan kepada bangsa dan Negara
kita ini dari segala musibah dan bencana.
Sholawat serta salam semoga
tercurah kepada sang pemersatu umat, Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarganya, sahabat sampai kepada kita umatnya yang berada pada jalur
hidayah sampai akhir zaman. Amin.
Dalam kesempatan kali ini,
berkanaan dengan SERBU IKRRAB dalam edisi sebelumnya yang membahas
Berdakwah Lewat Tulisan atau Karya, penulis ingin membahas salah satu
dari Hadist Rasulullah SAW:
Sungguh memang Islam itu indah.
Sedemikian rupa Allah SWT mengutus seorang Rasul untuk mengajarkan
kebaikan tidak hanya untuk kehidupan dunia melainkan juga untuk
kehidupan akhirat.
Rasul umat Islam, Nabi Muhammad SAW menyeru kepada
umatnya untuk bekerja keras mambangun kejayaan duniawi, sebagaimana
menyeru umatnya beribadah sebaik-baiknya untuk membangun surga ukhrawi.
Islam sendiri dengan terang dan tegas memerintahkan pemeluknya agar
bekerja untuk dunianya seakan-akan mereka akan hidup selamanya, dan
beribadah untuk akhiratnya seolah-olah mereka akan mati besok pagi.
Dalam hadist yang lain Rasul
memberitahukan, seseorang yang bekerja untuk anak-anaknya, maka
pahalanya sama dengan berjuang di jalan Allah. Beliau juga menjelaskan,
harta yang diinfakkan untuk jihad fi sabilillah, harta yang
diberikan pada fakir miskin dan harta yang dibelanjakan keluarga, di
antara semua itu, maka yang paling besar keutamaanya adalah harta yang
dibelanjakan untuk keluarga. Betapa Islam mengajak manusia mencapai
kebahagiaan dunia.
Kemudian Rasulullah menegaskan, ‘Dunia adalah ladang akhirat!’ Kaitan dunia
dengan akhirat begitu eratnya. Yang dipetik di akhirat adalah apa yang
ditanam di dunia. Tanpa keberhasilan seseorang menempatkan dirinya di
dunia ia tidak akan berjaya di akhirat. Islam mengajarkan kesimbangan
dunia dan akhirat. Tidak boleh ada yang timpang salah satunya.
Lalu bagaimana kaitannya dengan
hadits di atas? Haruskah kita bekerja dari pagi hingga petang, lalu
kembali mengulanginya lagi di hari berikutnya, begitu seterusnya? Serta
sebaliknya haruskah kita beribadah sepanjang malam hingga letih bahkan
hingga kaki bengkak? Jawabannya TIDAK. Sungguh membosankan jika
melakukan hal yang sama pada hari yang berbeda tanpa adanya perubahan
menjadi lebih baik lagi di hari berikutnya. Intinya untuk bekerja untuk
dunia serta akhirat haruslah balance.
Bagaimana juga dengan seseorang
yang tidak memiliki kesibukan yang bermanfaat. Inilah yang terjadi di
sekitar kita. Haruskah mereka hanya menunggu dan menunggu serta berpikir
‘Apa yang harus kulakukan sekarang?’
“Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu
urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.” (QS.
Al-Insyiah: 5-7)
Pada dasarnya manusia terbagi menjadi 4 macam:
1.Orang yang tahu apa yang
ditahunya. Maksudnya adalah orang ini adalah jenis orang yang berilmu
dan tahu bahwa dirinya berilmu. Orang ini disebut PANDAI. So let’s
follow him!
2. Orang yang tahu apa yang tidak
ditahunya. Ini adalah jenis orang yang berilmu namun ia tidak tahu
dirinya berilmu. Orang ini TERTIDUR.
So let’s
wake him up!
3.Orang yang tidak tahu apa yang
ditahunya. Ditujukan kepada orang yang tidak berilmu, akan tetapi ia
tahu bahwa dirinya tidak berilmu. Itulah orang yang MENCARI PETUNJUK.
So let’s
teach him!
4.Orang yang tidak tahu apa yang
tidak ditahunya. Ini adalah orang yang tidak berilmu, serta ia tahu
bahwa dirinya tidak tahu/ berilmu. Orang ini tergolong orang yang BODOH.
So let’s leave him!
Tergolong yang manakah kita? Sudah sewajarnya kita tahu
siapakah diri kita sebenarnya. Demi menyongsong kehidupan yang lebih
baik lagi esok hari dan seterusnya. Agar kita tidak dijadikan sebagai
orang yang merugi. Lakukanlah apa yang harus dilakukan. Waktu sekarang
tidaklah sama dengan waktu kemarin pun dengan waktu esok hari. Mungkin
kita bisa menemui hari yang sama namun hari itu bukanlah hari yang kita
lakukan sebelumnya. Ingatlah bahwa manusia yang beruntung adalah jika
hari ini ia lakukan lebih baik daripada sebelumnya. Jika ia melakukan
hal yang sama atau lebih buruk maka ia adalah manusia yang merugi.
“Demi masa. Sungguh, manusia
berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati
untuk kesabaran.” (QS. Al-Ashr: 1-3)
Demikianlah yang bisa penulis
sampaikan, mudah-mudahan ini semua bisa bermanfaat untuk kemajuan Islam
di era globalisasi ini. Mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam
penyampaian tulisan ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh