Senin, 18 Juni 2012

Seputar Buletin Ikatan Remaja Rawa Bogo


Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Alhamdulillah wa syukurillah puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Sang Pencipta Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, semoga Allah SWT berkenan memberi perlindungan kepada bangsa dan Negara kita ini dari segala musibah dan bencana.

Sholawat serta salam semoga tercurah kepada sang pemersatu umat, Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat sampai kepada kita umatnya yang berada pada jalur hidayah sampai akhir zaman. Amin

Dalam kesempatan kali ini, berkanaan dengan SERBU IKRRAB dalam edisi sebelumnya yang membahas Berdakwah Lewat Tulisan atau Karya, penulis ingin membahas salah satu dari Hadist Rasulullah SAW:

“Bekerjalah kamu untuk dunia seakan-akan kamu hidup untuk selama-lamanya”

“Serta beribadahlah kamu untuk akhirat seakan-akan kamu mati esok hari”


Sungguh memang Islam itu indah. Sedemikian rupa Allah SWT mengutus seorang Rasul untuk mengajarkan kebaikan tidak hanya untuk kehidupan dunia melainkan juga untuk kehidupan akhirat.

Rasul umat Islam, Nabi Muhammad SAW menyeru kepada umatnya untuk bekerja keras mambangun kejayaan duniawi, sebagaimana menyeru umatnya beribadah sebaik-baiknya untuk membangun surga ukhrawi. Islam sendiri dengan terang dan tegas memerintahkan pemeluknya agar bekerja untuk dunianya seakan-akan mereka akan hidup selamanya, dan beribadah untuk akhiratnya seolah-olah mereka akan mati besok pagi.

Dalam hadist yang lain Rasul memberitahukan, seseorang yang bekerja untuk anak-anaknya, maka pahalanya sama dengan berjuang di jalan Allah. Beliau juga menjelaskan, harta yang diinfakkan untuk jihad fi sabilillah, harta yang diberikan pada fakir miskin dan harta yang dibelanjakan keluarga, di antara semua itu, maka yang paling besar keutamaanya adalah harta yang dibelanjakan untuk keluarga. Betapa Islam mengajak manusia mencapai kebahagiaan dunia.

Kemudian Rasulullah menegaskan, ‘Dunia adalah ladang akhirat!’ Kaitan dunia dengan akhirat begitu eratnya. Yang dipetik di akhirat adalah apa yang ditanam di dunia. Tanpa keberhasilan seseorang menempatkan dirinya di dunia ia tidak akan berjaya di akhirat. Islam mengajarkan kesimbangan dunia dan akhirat. Tidak boleh ada yang timpang salah satunya.

Lalu bagaimana kaitannya dengan hadits di atas? Haruskah kita bekerja dari pagi hingga petang, lalu kembali mengulanginya lagi di hari berikutnya, begitu seterusnya? Serta sebaliknya haruskah kita beribadah sepanjang malam hingga letih bahkan hingga kaki bengkak? Jawabannya TIDAK. Sungguh membosankan jika melakukan hal yang sama pada hari yang berbeda tanpa adanya perubahan menjadi lebih baik lagi di hari berikutnya. Intinya untuk bekerja untuk dunia serta akhirat haruslah balance.

Bagaimana juga dengan seseorang yang tidak memiliki kesibukan yang bermanfaat. Inilah yang terjadi di sekitar kita. Haruskah mereka hanya menunggu dan menunggu serta berpikir ‘Apa yang harus kulakukan sekarang?’

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.” (QS. Al-Insyiah: 5-7)

Pada dasarnya manusia terbagi menjadi 4 macam:
1.Orang yang tahu apa yang ditahunya. Maksudnya adalah orang ini adalah jenis orang yang berilmu dan tahu bahwa dirinya berilmu. Orang ini disebut PANDAI. So let’s follow him!
2. Orang yang tahu apa yang tidak ditahunya. Ini adalah jenis orang yang berilmu namun ia tidak tahu dirinya berilmu. Orang ini TERTIDUR.
   So let’s wake him up!
3.Orang yang tidak tahu apa yang ditahunya. Ditujukan kepada orang yang tidak berilmu, akan tetapi ia tahu bahwa dirinya tidak berilmu. Itulah orang yang MENCARI PETUNJUK.
    So let’s teach him!
4.Orang yang tidak tahu apa yang tidak ditahunya. Ini adalah orang yang tidak berilmu, serta ia tahu bahwa dirinya tidak tahu/ berilmu. Orang ini tergolong orang yang BODOH. So let’s leave him!

Tergolong yang manakah kita? Sudah sewajarnya kita tahu siapakah diri kita sebenarnya. Demi menyongsong kehidupan yang lebih baik lagi esok hari dan seterusnya. Agar kita tidak dijadikan sebagai orang yang merugi. Lakukanlah apa yang harus dilakukan. Waktu sekarang tidaklah sama dengan waktu kemarin pun dengan waktu esok hari. Mungkin kita bisa menemui hari yang sama namun hari itu bukanlah hari yang kita lakukan sebelumnya. Ingatlah bahwa manusia yang beruntung adalah jika hari ini ia lakukan lebih baik daripada sebelumnya. Jika ia melakukan hal yang sama atau lebih buruk maka ia adalah manusia yang merugi.

“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.” (QS. Al-Ashr: 1-3)

Demikianlah yang bisa penulis sampaikan, mudah-mudahan ini semua bisa bermanfaat untuk kemajuan Islam di era globalisasi ini. Mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penyampaian tulisan ini.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh


                                                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar